
Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sampai dengan akhir Desember 2023 adalah 4.007.736 orang, dimana Kota Samarinda menempati urutan terbanyak ke-1, yaitu mencapai 861.878 orang atau 21,50 % dari jumlah penduduik keseluruhan, kemudian urutan ke-2 adalah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan jumlah penduduk mencapai 788.113 orang atau 19,66 %. Terakhir adalah Kota Balikpapan dengan jumlah penduduk mencapai 738.532 orang atau 18,43 %.
Oleh karenanya, gabungan 3 daerah tersebut mencapai jumlah penduduk hingga 2.388.523 orang atau 59,60 % dari totalitas penduduk Kaltim (DKP3A Provinsi Kaltim). Akan tetapi, khususnya di daerah pemilihan Kabupaten Kutai Kartanegara tersebar di 18 Kecamatan yang cukup luas sekitar 27.263,10 Km2, termasuk diantaranya Kecamatan Samboja, Kecamatan Samboja Barat dan Kecamatan Muara Jawa yang memiliki jumlah penduduk relatif cukup besar, dimana saat ini sudah masuk dalam Kawasan IKN.
Hal diatas relevan dengan apa yang dikatakan oleh Irianto Lambrie selaku mantan Gubernur Kalimantan Utara periode 12 Pebruari 2016 – 12 Pebruari 2021 (baca Koran Samarinda Pos tanggal 17 April 2024, judul berita utama “Golkar-PDIP Bersatu, Pilgub Lebih Seru”), bahwa untuk bisa menang pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim narus mampu menguasai suara pemilih di 3 daerah tadi. Pertanyaannya; apakah bisa 1 pasangan menguasai 100 % suara pemilih tanpa berbagi dengan pasangan laiinya. Jawabannya adalah tidak selalu demikian, walaupun partai tertentu menang di 3 daerah tadi. Faktanya, seperti Partai Golkar hanya mampu menguasai electoral tracehold di Balikpapan, Kutai Kartanegara dan Kutai Barat, namun tetap berbagi suàra pemilih sesuai DPT dengan Parpol lainnya; dan perlu diketahui bahwa dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), baik itu Pilgub, Pilbup maupun Pilwali, yang menentukan kemenangan adalah pasangan Pilkada bersangkutan, bukan Parpol pengusung sepenuhnya.
Untuk mendorong peluang elaktabilitas bakal calon Kepala Daerah, salah satu pendekatan yang digunakan adalah primodialisme kesukuan, karena di Kaltim penduduk aslinya, yaitu Kutai dan Dayak memiliki toleransi cukup tinggi, menerima kehadiran suku-suku lainnya yang ingin turut serta membangun Kaltim. Komposisi suku-suku yang cukup dominan di Kalima berdasarkan data Badan Kesbangpol & Linmas Provinsi Kaltim adalah 30,24 % merupakan suku Jawa yang tersebar di eks satuan pemukiman transmigrasi hingga di perkotaan. Kemudian disusul oleh suku Bugis yang mencapai 20,81 %, umumnya mereka berdiam di wilayah pesisir, dan ada pula di perkotaan yang umumnya berprofesi sebagai pedagang.
Suku Banjar jumlahnya 12, 45 % dan lebih banyak berada di Kota Samarinda maupun Kota Balikpapan. Selanjutnya adalah suku Dayak, tersebar di kawasan pedalaman Kaltim, yang terbagi menjadi beberapa anak auku, seperti Long Pakak, Aoheng, Benuaq, Modang, Oheng dan Busang. Adapun jumlah suku Dayak ini mencapai 9,94 % dari jumlah penduduk. Sementara auku Kutai jumlahnya 7, 80 %, sebagian besar berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Barat.
Suku-suku lainnya adalah suku Toraja 2.21 %, suku Paser 1,89 %, suku Sunda 1,57 %, suku Madura 1,32 % dan suku Buton 1,25 %. Selebihnya, merupakan suku-suku yang jumlahnya relatif kecil, termasuk keterunan etnis Tionghoa, Arab dan India, dimana akumulasinya mencapai 10,52 %, dan ini bukan merupakan jumlah yang kecil.
Primodialisme kesukuan ini; apakah efektif untuk dapat tampil sebagai pemenang Pilkada, kembali jawabannya adalah belum dapat dipastikan, karena pertimbangan kesukuan ini tepat digunakan pada saat pencalonan, selebihnya akan sangat bergantung dari kemampuan pasangan calon Kepala Daerah bersangkutan.
Artinya, untuk bisa tampil sebagai pemenang Pilkada, diperlukan strategi untuk dapat menguasai suara pemilih berdasarkan wilayah yang dikombinasikan dengan pendekatan kesukuan dalam skala tertentu, dan itu semua bermuara pada pilihan program kerja yang ditawarkan, tingkat populeritas (elektabilitas) pasangan Kepala Daerah serta dukungan pendanaan untuk melakukan pelbagai manuver politik, namun harus siap tekor. (//drs, Semarang 27/4/2024)
Leave a Reply